Serial Detektif Hercule Poirot : Pembunuhan di Orient Express

“Saya mau dibunuh!”

Hercule Poirot menunggu sampai orang itu berkata lebih lanjut.

“Saya butuh pertolongan Tuan. Untuk itu saya berani bayar dengan imbalan yang besar.”

“Maaf, tapi saya tak dapat.”

“Tuan tidak berani,” orang asing itu menggeram. “Dua puluh ribu dollar saya rasa cukup.”

Poirot bangkit dari kursinya. “Tuan tak mengerti,” sahutnya menerangkan. “Kalau Tuan bersedia memaafkan saya secara pribadi, saya tak mau menangani perkara Tuan karena saya tak suka pada wajah Tuan.”

Dalam enam jam orang yang berbicara kepada Poirot itu meninggal. Kali ini Poirot diminta untuk mencari pembunuhnya. Mengapa detektif yang lihai itu justru merasa bahagia karena ia telah menolak perkara yang dapat mencegah sebuah pembunuhan?