Serial Detektif Robert Langdon : Digital Fortress

Mereka berada di Smoky Mountains, di penginapan favorit mereka. David sedang tersenyum pada Susan. “Apa pendapatmu, Manis? Mau menikah denganku?”

Sambil menengadah dari tempat tidur berkelambu mereka, Susan tahu bahwa Davidlah orangnya. Selamanya. Pada saat menatap ke dalam mata kekasihnya itu yang berwarna hijau tua, Susan mendengar bunyi lonceng yang memekakkan telinga di suatu tempat di kejauhan, dan pria itu pun menjauh. Susan berusaha menggapai David, tetapi tangannya hanya menggapai kekosongan.

Dering teleponlah yang membuat Susan terbangun dari mimpinya. Dengan terengah-engah dan terduduk di atas tempat tidur, wanita itu menggapai gagang teleponnya. “Halo?”

“Susan, ini David. Apakah aku telah membangunkanmu?”

Susan tersenyum dan berguling di tempat tidurnya. “Aku baru saja bermimpi tentang kamu. Kemarilah dan bermain cinta denganku.”

David tertawa. “Di luar masih gelap.”

“Mmm.” Susan mengerang dengan sensual. “Kalau begitu kemarilah. Kita bisa main lebih lama sebelum berangkat.”

David mendesah kecewa. “Untuk itulah aku menelepon. Ini tentang perjalanan kita. Aku terpaksa menundanya.”

Susan mendadak tersadar sepenuhnya. “Apa!”

“Aku sangat menyesal. Aku harus keluar kota. Aku a-kan kembali besok. Kemudian, kita bisa berangkat pagi-pagi sekali. Kita masih punya dua hari.”

“Tapi aku sudah memesan kamar,” kata Susan dengan perasaan terluka. “Aku berhasil mendapatkan kamar yang pernah kita tempati di Stone Manor.” “Aku tahu, tapi-”

Malam ini seharusnya menjadi istimewa—perayaan enam bulan pertemuan kita. Kau masih ingat kan bahwa kita telah bertunangan?”