Serial Detektif Sherlock Holmes : Rumah Beratap Tiga

Dari semua petualanganku bersama Sherlock Holmes, kurasa hanya kisah inilah yang dimulai dengan begitu dramatis dan tak terduga. Sudah beberapa hari aku tak mengunjunginya, sehingga aku sama sekali tak punya bayangan tentang kasus yang sedang ditanganinya. Namun suasana hatinya kelihatan baik ketika aku datang pagi itu. Aku baru saja menjatuhkan diri di kursi reyot di samping perapian dan dia duduk sambil mengisap pipa di hadapanku, ketika seorang tamu memasuki ruangan itu. Kata “tamu” barangkali kurang tepat—lebih baik kukatakan kami kedatangan seekor banteng gila.

Pintu ruangan terbuka lebar, dan seorang Negro tinggi besar masuk dengan tergopoh-gopoh. Penampilannya agak menggelikan, terutama karena jas kotak-kotaknya yang begitu mencolok dan dasinya yang merah tua. Wajahnya yang lebar dan hidungnya yang pesek dimajukannya, sementara matinya yang gelap memancarkan kebencian. Pandangannya tertuju ke arah kami secara bergantian.

“Yang mana di antara kalian berdua Masser Holmes?” dia bertanya.

Holmes mengangkat pipanya sambil tersenyum kecil.

“Oh! Anda orangnya?” kata tamu kami sambil mendekat dengan langkah-langkah lambat. “Dengar, Masser Holmes, Anda jangan ikut campur urusan orang lain. Biar orang mengurus urusannya sendiri. Mengerti, Masser Holmes?”

“Teruskan omongan Anda,” kata Holmes. “Tak jadi masalah kok.”

“Oh! Tak jadi masalah, ya?” geram pria itu. “Akan jadi masalah kalau saya memberi Anda sedikit pelajaran. Saya sudah biasa menghadapi orang-orang seperti Anda, dan mereka semua saya bikin kapok. Mengerti, Masser Holmes?”

…..